Metode BCCT telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat, selama lebih dari 33 tahun dan telah terakreditasi oleh National Assosiation Early Young Childhood (NAEYC) sebagai metode yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat. Direktorat Pendidikan anak Usia Dini telah menterjemahkan bahan-bahan pelatihan BCCT dan telah memperoleh copyright dari CCCRT selama 5 tahun (2004-2009). Penerapan metode ini dapat dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia, sepanjang tetap memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini. Metode BCCT merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope, Reggio Emilio, dan High Star, yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk mengoptimalisasikan seluruh kecerdasan anak (9 kecerdasan jamak).
Ada beberapa hal yang membuat metode ini memiliki keunggulan, yaitu :
1. Kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak (to construck knowledge), pengetahuan tersebut digali oleh anak sendiri melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.
2. Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif.
3. Pembelajarannya bersifat individual, sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan, dan kebutuhan setiap anak.
4. Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anak.
5. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan (scaffolding) sebelum, selama, dan sesudah main, sehingga dapat dijadikan panduan bagi pendidik pemula.
6. Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahan
7. Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik dalam melakukan penilaian perkembangan anak.
8. Penerapan metode BCCT ini tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan secara bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Kunci keberhasilan metode BCCT ini terletak pada kemampuan pendidik memahami konsep dasar metode ini secara utuh. Oleh karena itu sebelum menerapkan metode ini, pendidikannya harus memperoleh pelatihan dasar terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar penyimpangan di lapangan dalam penerapan metode ini dapat ditekan seminimal mungkin. Satu hal yang perlu dipahami bersama dalam menyikapi metode ini adalah bahwa kemampuan “Calistung” (membaca, menulis dan berhitung) bukan merupakan tujuan utama dan bukan merupakan indikator satu-satunya.
Empat Tahap Pijakan Pengalaman Main yang Bermutu (CCCRT, 1999)
· Pijakan Lingkungan Main
· Pijakan Pengalaman Sebelum Main (awal)
· Pijakan main setiap anak (individual)
· Pijakan Pengalaman sesudah main
Pijakan Lingkungan
· Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan (bernuansa/dinuansakan agama) yang cukup, tiga tempat main untuk setiap anak.
· Merencanakan untuk Intensitas dan desitas pengalaman
· Memiliki berbagai bahan (bernuansa/dinuansakan agama) yang mendukung tiga jenis main (sensorimotor, pembangunan dan main peran)
· Memiliki berbagai bahan (bernuansa/dinuansakan agama)yang mendukung pengalaman keaksaraan
· Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif dalam kehidupan beragama
Pijakan Pengalaman Sebelum Main
· Membaca do’a sebelum bermain dan belajar
· Membaca buku (bernuansa/dinuansakan agama) yang berkaitan dengan tema/sub tema, pengalaman atau mengundang nara sumber.
· Menggunakan kosakata baru (agama/ilmiah) dan menunjukkan konsep yang mendukung standar kinerja
· Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan
· Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main
· Menjelaskan rangkaian waktu main
· Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial dalam kehidupan beragama
· Merancang dan menerapkan urutan transisi main
Pijakan Pengalaman Main Setiap Anak
· Memberikan anak waktu untuk mengelola dan meneliti pengalaman main mereka
· Mencontohkan komunikasi (islami) yang tepat
· Memperkuat dan memperluas bahasa (agama) anak
· Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan hubungan teman sebaya dalam kehidupan beragama
· Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak
Pijakan Pengalaman Setelah Main
· Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.
· Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokkan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat.
· Membaca do’a sesudah bermain dan belajar
– Kegiatan di setiap Sentra setiap hari harus terpusat pada materi yang sudah ditetapkan dalam tema terintegrasi Pendidikan Nilai-nilai kehidupan Beragama.
– Pada setiap Sentra, untuk setiap anak dikembangkan berbagai aspek perkembangan, yaitu; Nilai-nilai agama, moral, Kognisi, Afeksi, Bahasa, Sosial emosional, Seni dan Psikomotor.
Hal Penting di Sentra :
1. Penataan lingkungan
– Penempatan alat main yang tepat memungkinkan anak : mandiri, disiplin, bertanggung jawab, memulai dan mengakhiri main, klasifikasi
– Penataan alat dan bahan selama main seharusnya mendukung anak : membuat keputusan sendiri, mengembangkan ide, menuangkan ide menjadi karya nyata, mengembangkan kemampuan sosial dalam kehidupan beragama
2. Aturan masing-masing Sentra
3. Awal dan akhir kegiatan
4. Beres-beres
5. Pengamatan guru pada setiap anak selama kegiatan sentra berlangsung
6. Pijakan guru sebelum main, pada waktu main dan setelah main
Prinsip Pelaksanaan Kegiatan di Sentra Sesuai Tema :
· Say : Guru menjelaskan, anak merespon
· Show : Guru memperlihatkan dengan benda, gambar (bernuansa/dinuansakan agama) dan lain-lain
· Check : Guru memastikan konsep-konsep yang diterima anak benar melalui menyampaikan kembali (recalling) dan portofolio anak (catatan perkembangan, hasil karya, dokumentasi, dll).
MEDIA (Alat Permainan Edukatif bernuansa atau dunuansakan Agama)
· Semua benda yang mendukung perkembangan anak dan anak belajar apabila main dengannya : Main Sensorimotor, Main Peran, Main Pembangunan(mulai bahan sifat cair sampai bahan terstuktur)
PRINSIP dan SYARAT ALAT PERMAINAN EDUKATIF
· Menyenangkan bagi anak
· Mendorong munculnya kerja sama/sosialisasi antar anak
· Menumbuhkan daya pikir anak
· Meluaskan pengalaman anak
· Mendorong anak bersikap kreatif
· Mengandung nilai-nilai agama/spiritual
SUMBER ALAT PERMAINAN EDUKATIF
· Alat pendidikan edukatif (APE) tidak harus selalu membeli di toko atau di pasar. Pada dasarnya banyak barang-barang yang ada di sekitar kita dapat kita manfaatkan atau kita oleh untuk dijadikan APE. Untuk itu kita harus tahu kebutuhan atau tahap-tahap perkembangan anak sehingga kita dapat memanfaatkan brang-barang tersebut menjadi alat bermain yang bermanfaat untuk anak.
· Alat bermain yang kita sediakan tidak harus berbentuk bagus dan bernilai mahal bahkan barang-barang bekas rumah tangga, pabrik, dan kekayaan alam yang ada mengandung nilai pendidikan tentunya kita harus mampu menjadi fasilitator pada saat anak bermain menggunakan alat-alat tersebut.
Contoh Bahan
· Puzzle gerakan shalat, gerakan wudhu (dari majalah, poster, dll)
· Puzzle, mesjid, ka’bah, maqam ibrahim (dari majalah, poster,dll)
· Masjid mini, ka’bah mini (dari dus aqua)
· Kartu angka, kartu huruf (dari kalender bekas, majalah, koran, dll)
· Berbagai bentuk ukuran balok (dari dus-dus bekas seperti; dus bekas pasta gigi, susu, obat dll)
· Dll.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli (Fein & Vandenberg, 1983) yang mengambil kesimpulan bahwa ;
– Bermain dimotivasi dari dalam
– Bermain bebas dari paksaan
– Bermain dilakukan seolah-olah merupakan kejadian yang sebenarnya
– Bermain terfokuskan pada proses dari pada produk lain
– Bermain memerlukan perhatian yang aktif dari pemainnya.
Fungsi Bermain bagi Anak
– Melalui bermain seluruh kepribadian anak dapat dikembangkan (berkembang) termasuk pengembangan spiritual.
– Untuk mencapai kepribadian yang sempurna mengabdi kepada Tuhan adalah melalui proses. Dan manusia harus melalui proses itu agar mendapatkan nilai-nilai yang sempurna sebagai hasil karyanya.
– Bermain penting dalam kehidupan.
– Dasar paling penting bagi perkembangan anak yang sehat adalah bermain secara menyenangkan dan bagaimana timbal balik antara orang dewasa dan anak (Caldwell, 1985).
– Selanjutnya, dapat dilihat bahwa kegiatan bermain terhadap kehidupan dapat berlangsung terus dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa.
– Dengan pendekatan bermain sambil belajar (Learning by Playing), belajar yang menyenangkan (Joyful Learning) serta menumbuh kembangkan keterampilan hidup (life Skills) sejak dini, dengan sendirinya kita telah meletakkan dasar-dasar perkembangan anak melaui empat pilar pendidikan yaitu ;
o Learning to know
o Learning to do
o Learning to be dan
o Learning to live together.
– Sebagai sarana bermain bagi anak kita sebagai pebdidik harus menyiapkan alat-alat bermain yang tepat untuk menstimulus perkembangan anak. Keberadaan alat bermain pada anak usia dini adalah sebuah keharusan. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama.
– Banyak orang tua/tenaga pendidik yang tidak memahami alat bermain yang tepat untuk anak. Sebagian mereka memilih alat bermain menurut selera orang tua yang belum tentu sasuai dengan kebutuhan anak. Alat yang dibutuhkan oleh anak adalah yang mengandung nilai pendidikan yang popuker disebut dengan Alat Pendidikan Edukatif (APE).